Selasa, 25 Desember 2012

Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah


A. Pemilihan Topik

Pemilihan topik yang tepat, akan menunjukan tingkat cakupan dari sebuah penelitian yang akan dibahas. Topik yang diangkat biasanya, akan mempengaruhi minat pembaca apakah karangan ilmiah ini menarik atau tidak untuk dibaca.

Dalam memilih topik karya ilmiah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
a. Topik yang akan dipilih hendaknya menarik untuk dikaji. Sebuah topik akan menarik apabila:

  • Merupakan masalah yang menyangkut persoalan bersama
  • Merupakan jalan keluar dari suatu persoalan yang tengah dihadapi
  • Mengandung konflik pendapat
  • Masalah yang di kaji hendaknya dapat diselesaikan dalam waktu yang disediakan.
b. Topik jangan terlalu luas dan terlalu sempit
c. Topik yang di pilih sesuai dengan minat dan kemampuan penulis
d. Topik yang di kaji hendaknya ada manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan atau yang berkaitan  dengan profesi.


B. Pembatasan Topik

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pembahasan topik:

  1. menampilkan informasi latar belakang,
  2. menampilkan ringkasan hasil/temuan penelitian,
  3. memberikan komentar apakah hasil penelitian sesuai dengan hipotesis,
  4. menghubungkan dengan hasil penelitian terdahulu,
  5. menjelaskan hasil yang diperoleh, terutama jika hasil tersebut tidak memuaskan,
  6. membuat generalisasi dari hasil yang diperoleh (implikasi),
  7. memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.



C. Pemilihan Judul

Bagi pembaca judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang akan ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan ditulis. Secara umum, kriteria judul yang baik adalah:


  1. Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis.
  2. Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian.
  3. Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variabel dan dependent variabe-nya.
  4. Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti. Sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji.

D. Penentuan Tujuan Penulisan

Penentuan tujuan Penulisan adalah suatu gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan mengarahkan penulis dalam penulisan selanjutnya dengan menentukan tujuan penulisan. Bahan-bahan apa yang diperlukan Organisasi karangan yang akan diterapkan dan sudut pandang penulis yang dipilih.

Tujuan penulisan dapat dinyatakan dengan dua cara. Jika tulisan yang di kembangkan merupakan tema dari seluruh tulisan. Tujuan penulisan dapat di rumuskan dalam bentuk tesis. Jika tulisan yang dikembangkan bukan merupakan dari seluruh tulisan, maka tujuan penulisan dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan maksud keduanya akan membimbing penulis dalam mengarahkan tulisannya.

E.Penentuan Kerangka Karangan


  1. Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
  2. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
  3. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
  4. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
  5. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
  6. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
  7. Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.


F. Langkah-langkah Penulisan Karya Ilmiah

  1. Pemilihan Topik/Masalah Untuk Karya Ilmiah :Pemilihan topik untuk karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara merumuskan tujuan, menentukan topik dan melakukan penelusuran terhadap topik tersebut. Dengan melakukan ketiga cara tersebut maka akan diperoleh rumusan topik atau permasalahan yang jelas dan spesifik.
  2. Mengindentifikasi Pembaca Karya Ilmiah: Sebelum Anda memulai menulis, ada baiknya Anda harus mengidentifikasi siapa kira-kira yang akan membaca tulisan Anda tersebut. Hal ini penting, karena dengan mengetahui latar belakang pengetahuan dan minat pembaca, akan mempermudah Anda di dalam mengorganisasikan materi sajian dan cara penyampaian. Selain itu, fokus pembicaraan pun menjadi semakin jelas dan spesifik.
  3. Menentukan Cakupan Isi Materi Karya Ilmiah: Cakupan materi itu sangat ditentukan oleh rumusan tujuan yang jelas dan pengidentifikasi calon pembaca tepat. Jika Anda tidak mengetahui siapa yang akan membaca tulisan Anda, maka otomatis Anda tidak akan bisa menunjukan cakupan materi yang akan dibahas. Akibatnya, akn sulit bagi Anda untuk memilih dan memilih bahan pustaka, data atau informasi yang dibutuhkan pada saat melakukan tahap pengumpulan data atau informasi untuk tulisan

Paragraf (Alinea)

Pengertian

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.


Kegunaan dari paragraf itu sendiri adalah :

1. Untuk menandai pembukaan topik baru, atau mengembangkan lebih lanjut dari topik sebelumnya
2. Untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf yang sebelumnya


Syarat Paragraf


     Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat ,yaitu adanya kesatuan dan kepaduan.

1.) Kesatuan Paragraf (unity)
   Tiap paragraf hanya mempunyai satu gagasan pokok yang diwujudkan dalam satu kalimat. Kalimat utama yang di letakkan di awal paragraf biasa kita sebut Deduktif, sedangkan kalimat utama yang di akhir paragraf biasa kita sebut Induktif. Adapun ciri-ciri dalam membuat kalimat utama, harus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk diperinci atau diuraikan lebih lanjut.

Contoh Paragraf Deduktif:

   PBB menetapkan 12 Agustus sebagai hari Remaja Internasional. Pencetus gagasan ini ialah para menteri sedunia yang menangani masalah remaja di Portugal pada tahun 1998. Tujuannya guna memicu kesadaran remaja untuk memahami masalah sosial budaya, lingkungan hidup, dan pendidikan.

Contoh Paragraf Induktif:

  Kalau ditanya soal masa depan, banyak remaja yang menjawab asal-asalan. Tanpa motivasi, tanpa perencanaan yang jelas. Mereka yang pesimis, harapan masa depannya pun rendah.

2.) Kepaduan Paragraf (coherence)
    Paragraf yang baik harus memperlihatkan hubungan antarkalimat yang erat. Paragraf yang dibangun dari kalimat-kalimat yang loncat-loncat berarti paragraf tersebut tidak koheren atau tidak padu. Apabila tidak ada kepaduan (koherensi), loncatan-loncatan pikiran, urutan waktu dan fakta yang tidak teratur akan terjadi sehingga menyimpang dari kalimat topik.
     
    Salah satu contoh dari Paragraf Koherensi dari lagu bangun tidur. Pada dasarnya lagu ini bila ditulis dengan dalam sebuah paragraf akan seperti ini:

    Bangun tidur kuterus mandi (1). Tidak lupa menggosok gigi (2). Habis mandi kutolong ibu (3). Membersihkan tempat tidurku (4).

    Paragraf di atas dibangun atas empat kalimat. Kalimat pertama sampai keempat saling berhubungan karena adanya urut-urutan waktu dan tempat. Waktu menggosok gigi dilakukan sebelum mandi, dan setelah mandi membantu ibu di kamar tidur untuk membersihkan tempat tidur.
    Uraian di atas merupakan salah satu cara agar kalimat yang disusun dalam sebuah paragraf padu. Cara yang dapat Anda lakukan agar kalimat-kalimat dalam paragraf yang Anda susun padu adalah dengan (1) mengulang kata atau kelompok kata yang sebelumnya sudah disebutkan dengan kata atau kelompok kata yang sama atau dengan sinonimnya, dan (2) menggunakan kata penunjuk itu, ini, tersebut, atau dengan kata di atas, dan (3) membangun urut-urutan ide. Perhatikan contoh berikut!

    Saya merasa stres ketika mendapat tugas mengarang. Saya bingung untuk memulainya. Selain itu, saya sering berhenti ketika mengarang karena kehabisan ide. Kehabisan ide tersebut terjadi karena saya kurang memiliki wawasan yang cukup tentang apa yang saya tulis.


3.) Kelengkapan (completeness)
    Paragraf dikatakan lengkap apabila dibangun atas beberapa kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Paragraf dikatakan tidak lengkap apabila hanya dikembangkan dan diperluas dengan pengulangan-pengulangan, atau kurang memiliki kalimat penjelas yang memadai. Dengan demikian, paragraf yang mengandung unsur kelengkapan selalu dibangun atas beberapa kalimat, bukan satu atau dua kalimat. Paragraf yang hanya memiliki satu atau dua kalimat dapat membuat pembaca merasa kesulitan memahami makna detil dalam paragraf.

4.) Urutan (orderly)
    Urutan ini berhubungan dengan kalimat-kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki urut-urutan ide secara logis. Syarat ini mirip dengan kepaduan. Hanya saja, untuk urutan, kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki keruntunan.

Jenis Paragraf

Paragraf memiliki beberapa ragam untuk membedakannya maka dibagi beberapa kelompok yaitu: jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.

1.) Menurut posisi kalimat topiknya:
    a. Paragraf Deduktif
    Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
    b. Paragraf Induktif
    Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.
    c. Paragraf Deduktif-Induktif
     Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
    d. Paragraf penuh kalimat topik
     Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.\

2.) Menurut sifat isinya:
a. Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran . Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.

b. Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.

c. Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.

d. Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.

e. Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.

3.) Menurut Fungsinya:

Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

a. Paragraf Pembuka
   Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
1. menghantar pokok pembicaraan
2. menarik minat pembaca
3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

    Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
1. kutipan, peribahasa, anekdot
2. pentingnya pokok pembicaraan
3. pendapat atau pernyataan seseorang
4. uraian tentang pengalaman pribadi
5. uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. sebuah pertanyaan.

b. Paragraf Pengembang
     Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1.mengemukakan inti persoalan
2. memberikan ilustrasi
3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. meringkas paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.

c. Paragraf Penutup
    Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya

sumber:

Jumat, 02 November 2012

DIVING

Akhir-akhir ini didalam dunia sepakbola mulai lagi bermunculan pemain-pemain yang melakukan diving (kalau Bahasa Indonesianya menyelam), dimuali dengan aksi Luis Suarez melawan Stoke City, dan yang paling baru adalah ketika Chelsea vs Man. United dengan aktor utamanya F. Torres dan A. Young.

Diving bisa dibilang sebagai tindakan tidak sportif yang dilakukan seorang pemain bola profesional dengan cara menjatuhkan diri atau berpura-pura kesakitan ketika terjadi kontak dengan pemain secara sengaja atau tidak sengaja, dan biasanya ketika melakukannya pemain akan jatuh sebelum menerima kontak fisik dengan lawan, dan yang lebih ekstrem dengan colekan kecil maka pemain akan jatuh terguling-guling atau berpura-pura kesakitan.

Diving ini biasa dilakukan oleh pemain agar mendapat sebuah keuntungan unutk timnya yang berupa tendangan bebas atau pun pinalti untuk mendapatkan kesempatan mencetak goal, dan yang paling merugikan tim lawan adalah ketika mendapatkan seorang pemainnya yang dihukum dengan sebuah kartu, baik kuning ataupun merah.

Dan hukuman yang diterima oleh diver(sebutan pelaku diving) akan mendapatkan kartu kuning ketika wasit melihat kejadian tersebut dengan jelas, dan mungkin ketika pemain tersebut melakukan aksi diving berkali2 akan menjadi sebuah kerugian bagi timnya karena para official pertandingan akan berfikir 2 kali untuk melakukan hukuman bagi tim lawan, dengan melepaskan kejadian tersebut walau itu benar2 terjadi kontak. Dan biasanya pemain yang melakukan aksi diving pasti akan dibenci oleh tim lawan dan fansnya.

Kalau dari pendapat pribadi, saya masih teringat dengan guru SMA sekolah saya yang namanya Pak Samari, "Sport artinya Olahraga dan Olahraga itu gunanya untuk menyehatkan badan dan karena permainan sehat maka diberi nama Sportif, Kalau Tidak Sportif berarti bukan Olahraga oleh karena itu namanya bukan permainan sehat". ya kalau bisa dibilang diving itu tindakan tidak sportif bagi seorang pemain bola yang menghilangkan nilai Sport itu sendiri, Tapi...

YA begitulah yang namanya Sepak Bola ada Pro dan Kontranya kalau tentang diving, walaupun tidak semuanya, yang pasti kalau timnya diuntungkan pasti mengeles dengan berbagai cara bahwa itu benar-benar pelanggaran walaupun cuman secuil gesekan kaki, dan bagi yang dirugikan pasti mencak-mencak bahwa itu adalah perbuatan curang (Tidak Semuanya ya!!). Ya bagaimana lagi kalo gak ada kontroversi ya bola tidak seramai sekarang. Kontroversi2 dari jaman Maradona dengan tangan Tuhannya menjadi sebuah sejarah sendiri bagi dunia Sepakbola.

Kalu sudah begini saya jadi bingung mau bilang apa kalau tentang bola, jadi ya biarkan sepak bola berjalan dengan para pemain bola. saya cuman mau ngasih tau tentang diving itu apa sesuai pengetahuan saya dan didapat dari beberapa sumber

Sekian dan terima kasih.
Kalau bingung mohon dimaafkan, :)

Sampai Jumpa.

Pengertian, Kriteria, dan Jenis Diksi



Pengertian Diksi

Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.[rujukan?] Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.

      Dari buku Gorys Keraf (DIKSI DAN GAYA BAHASA (2002), hal. 24) dituliskan beberapa point – point penting tentang diksi, yaitu :
·         Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
·         Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
·         Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran – kata formal atau informal dalam konteks sosial – adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Selain itu juga Diksi, digambarkan dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
·         Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’
·         Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
·         Menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.

Kriteria Diksi

Agar dapat menghasilkan pengungkapan yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi kriteria, yaitu :
·         Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
·         Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
·         Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
Kriteria pemilihan kata
• Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi Misalnya :
- Monyet itu kurus sekali.
- Dasar monyet kamu itu!
• Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya
Misalnya :
- Karton - Kartun
- Intensif – Insentif
• Dapat memahami makna kata-kata abstrak dan kata konkrit.
Kata abstrak :
Jika kata itu bermakna sifat, keadaan dan kegiatan. Contoh : Ketulusan, Kebodohan, Kepandaian, Kecintaan dan lain-lain.
Kata konkrit :
Jika kata itu bermakna pada suatu benda, orang atau apa saja yang mempunyai eksistensi.
Misalnya : Mobil, Motor, Rumah dan lain-lain.
Contoh :
- Ketulusan hatinya membuat dia akhirnya luluh.
- Ayah baru membeli motor kemarin.
• Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
- Antara aku dan dia tidak terjadi apa-apa.
- Baik menang maupun kalah itu sama saja.
- Bukannya saya tidak percaya, tetapi saya agak ragu akan kemampuannya.
• Dapat membedakan kata-kata umum dengan kata-kata khusus.
Contoh :
- Kata umum : melihat,
- Kata khusus : menatap, memandang, melotot, membelalak, melirik, memperhatikan, menonton.


Jenis-Jenis Diksi


1.       Berdasarkan Makna

1.       Makna Denotatif
Makna denotatif menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makana denotatif berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi, pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua, relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Contoh : Bunga Melati

2.       Makna Konotatif
Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya.
Contoh : Bunga Bank


2.       Berdasarkan Leksikal

1.       Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama.
2.       Antonim adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan.
3.       Homonim adalah suatu kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama, namun memiliki makna yang berbeda.
4.       Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna dan ejaan yang berbeda dengan lafal yang sama.
5.       Homograf adalah suatu kata yang memiliki  makna dan lafal yang berbeda, namun ejaannya sama.
6.       Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian
7.       Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.
8.       Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata-kata hipernim



Rabu, 10 Oktober 2012

Curriculum Vitae

Data Pribadi

Nama Lengkap                       : Ruruh Waskito
Jenis Kelamin                         : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir            : Bogor, 21 September 1992
Kewarganegaraan                  : Indonesia 
Status perkawinan                  : Lajang 
Tinggi, berat badan                 : 172 cm, 83 kg 
Kesehatan                              :  Baik 
Agama                                    : Islam 
Alamat lengkap                       : Kp. Cipayung Rt.01 Rw. 04 No. 35 Kel: Sukmajaya Kec: Sukmajaya 16412 Depok Jawa Barat 
Telepon, HP                            : 089637097618
E-mail                                     : ruruh.waskito@gmail.com

Pendidikan
» Formal

1998 - 2004 : SDN Sukamaju 6 Depok
2004 - 2007 : SMPN 4 Depok
2007 - 2010 : SMAN 4 Depok
2010 - Sekarang : Universitas Gunadarma

» Non Formal

: Kursus BimBel Nurul Fikri 2006-2007

Kemampuan
Kemampuan Komputer (MS Word, MS Excel, Ms PowerPoint)
Kemampuan Internet.


Fungsi Bahasa Indonesia Secara Umum: Sebagai Alat Komunikasi dan Sebagai Alat Untuk Mengembangkan Ilmu Pengetahuan


A. Sebagai Alat Komunikasi

Fungsi umum bahasa indonesia adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa.

Selain fungsi bahasa diatas, bahasa merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia. Melalui bahasa yang digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan, motif, latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.

Menurut Sumiati Budiman (1987 : 1) mengemukakan bahwa fungsi bahasa dapat dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu :

1. Fungsi praktis
Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2. Fungsi cultural
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan mengembangkan kebudayaan.
3. Fungsi artistic
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan) manusia melalui seni sastra.
4. Fungsi edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Fungsi politis
Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan untuk  menyelenggarakan administrasio pemerintahan.

Mencermati keadaan dan perkembangan dewasa ini, semakin terasakan betapa besar fungsi dan peran bahasa dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa kehidupan manusia terasa hampa dan tidak berarti. Melalui peran bahasa, manusia dapat menjadikan dirinya menjadi manusia berbudi pekerti, berilmu dan bermartabat tinggi. Berdasarkan semua ini, dapat disimpulkan fungsi bahasa yaitu sbb:

1. Bahasa sebagai alat komunikasi
Melalui Bahasa, manusia dapat berhubungan dan berinteraksi dengan alam sekitarnya, terutama sesama manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat memikirkan, mengelola dan memberdayakan segala potensi untuk kepentingan kehidupan umat manusia menuju kesejahteraan adil dan makmur. Manusia dalam berkomunikasi tentu harus memperhatikan dan menerapkan berbagai etika sehingga terwujud masyarakat yang madani selamat dunia dan akhirat. Bahasa sebagai alat komunikasi berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana untuk mencapai suatu keberhasilan dan kesuksesan hidup manusia, baik sebagai insan akademis maupun sebagai warga masyarakat. Penggunaan bahasa yang tepat menjadikan seseorang dalam memperlancar segala urusan. Melalui bahasa yang baik, maka lawan komunikasi dapat memberikan respon yang positif. Akhirnya, dapat dipahami apa maksud dan tujuannya.
2. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat ekspresi diri, bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.

B. Sebagai Alat Untuk Mengembangkan Ilmu Pengetahuan


Untuk hal ini bahasa merupakan sarana vital yang memiliki fungsi sangat penting dalam kehidupan manusia di dunia ini. Faktor bahasa semakin menunjukkan kelasnya dalam era globalisasi karena sebagai alat komunikasi dan sarana ekspresi diri manusia, bahasa tidak mungkin dapat digantikan peranannya dengan sarana komunikasi yang lain.

Peranan bahasa ini dapat kita lihat dengan adanya penyampaian informasi, penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan seni budaya, pelaksanaan hubungan sosial kemasyarakatan, dan lain-lain yang semuanya tak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya campur tangan bahasa. Mengingat betapa besar peran bahasa dalam kehidupan kita, sudah semestinya bila kita berusaha untuk dapat memiliki kompetensi bahasa yang baik, dengan menguasai kekayaan kaidah bahasa, kosa kata, gaya bahasa, diksi, penyusunan kalimat yang tepat, dan sebagainya.

Dengan demikian apa yang kita inginkan dari penggunaan bahasa akan tercapai. Seorang ilmuwan akan dapat menyebarluaskan penemuan-penemuan keilmuannya, seorang negarawan akan dapat menyampaikan konsep-konsep tata negaranya, seorang ulama akan dapat menyebarkan ajaran agamanya, demikian juga halnya dengan pengarang atau penyair yang dengan mudah akan dapat mengekspresikan proses kreatifnya dengan bahasa yang lembut dan menyentuh perasaan.

Bagaimana dengan seorang guru? Guru merupakan profesi untuk mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Apabila guru memiliki kompetensi bahasa yang baik niscaya materi yang ingin disampaikan  kepada anak didik akan dapat diterima dengan baik pula. Sedangkan seorang guru yang kompetensi bahasanya buruk tentu akan kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran pada Proses Belajar Mengajar (PBM). Akibatnya, anak didik tidak dapat  memahami materi pelajaran dengan baik.

Ilmu Pengetahuan akan percuma apabila hanya membenam dalam otak kita tanpa kita sanggup menyampaikannya kepada orang lain. Ilmu pengetahuan harus disebarluaskan demi kemajuan dan kebaikan bersama. Oleh karena itulah, guru sebagai pengajar ilmu pengetahuan dan penegak norma-norma kesusilaan, yang semuanya demi kemajuan bangsa dituntut untuk menguasai penggunaan bahasa dengan baik. Bahkan sangat diharapkan pula agar guru, terutama guru Bahasa Indonesia, mengajarkan aspek-aspek kebahasaan ataupun memberikan contoh penggunaan bahasa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan kepada anak didik. Dengan demikian diharapkan anak didik memiliki keterampilan berbahasa dengan baik dan benar